THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Senin, 24 Maret 2008

Pelangi Cinta


Malam yang cerah bertabur bintang. Laksana permata dalam samudera mewakili indahnya malam. Namun tugas-tugas sekolah membebaniku hingga tak dapat ku nikmati kemilau istana malam.
“Aduh…!!! Susah banget sih soalnya ? males banget tau nggak ngerjainnya” keluhku pada Astri, teman belajarku sejak SMP yang mungkin selalu menjadi pendengar tiap-tiap keluhku. “Ya udahlah, kalo gitu mending belajarnya dilanjutin besok aja. Lagian ini kan udah malem so I must go home now. Anterin aku pulang dong Nis… aku kan atuuut” rengekan Astri pun mengakhiri belajarku.
Aku dan Astri berjalan menyusuri jalanan yang sepi. Tiba-tiba terdengar suara memanggilku.
“Denis… kamu mau kemana ?” sapa temanku.
“Oh, mbak vita. Aku kira tadi siapa. Aku mau nganterin anak mami ini pulang” ucapku sambil melirik Astri. Astri hanya tersenyum simpul saat mendengar sindiran yang ku ucapkan untuknya. Entah mengapa tatapanku kini tertuju pada seorang cowok disamping mbak vita. Jantungku berdegup kencang. Sekencang pesawat jet yang lepas landas.
“Manis banget, keren… Ya ampun senyumnya… tapi dia siapa ya ? Apa cowoknya mbak vita ?” batinku. “Doooor !!! kamu tuh ngelamunin apa sih ? jadi nggak nganterin aku pulang?”. suara Astri membuyarkan tatapanku pada cowok itu. “Iya iya Tri,bentar napa? Ya udah mbak, aku mau nganter Astri dulu” ucapku sambil meninggalkan mbak vita dan cowok itu.

***
Keesokannya, aku pergi ke rumah mbak vita. Ku ketuk pintu rumahnya dengan lembut. Tak beberapa lama kemudian mbak vita keluar menemuiku.
“Ada apa Nis ? tumben-tumbenan banget sih kamu kesini ?” tanyanya
“Nggak ada apa-apa kok. Nggak boleh ya aku maen kesini ?”
“Bukannya gitu. Kamu tuh negative thinking trus sih. Aku kan cuman kaget aja, anak mami yang jarang banget keluar dari rumah kok sekarang ada disini ?” sindirnya kemudian.
“Aku cuman kebetulan lewat sini jadi sekalian aja aku mampir. Oh iya, pacar mbak baru lagi ya ?” basa-basiku terlebih dahulu.
“ Pacar ? Nggak tuh ? kok kamu bisa nebak kayak gitu sih ?”
“ Lho, yang kemarin itu cowok baru mbak kan ?’
“Oh, yang kemarin itu ta. Kemarin itu kan anak baru. Emang kamu nggak tahu?”
“Oh, jadi dia anak baru. Masak sih mbak ? kok aku bisa nggak tahu ya kalo ada anak baru disini?”
“Itu sih kamunya yang kuper. Namanya tuh Ian. Rumahnya di blok Z situ. Kamu suka sama dia ?”
“Nggak. Aku cuman penasaran aja, apa itu cowok barunya mbak vita” bantahku walaupun sebenarnya iya. Aku sedang falling in love in the first sight. “IAN” nama itulah yang kini mengisi hari-hariku. Entah mengapa disetiap anganku hanya ada bayangnya. Bayangan yang selalu ada di setiap sudut hatiku.

***
Semenjak itu, aku mulai dapat mengenali pangeran hatiku walau hanya sebatas teman biasa. “Mas Ian, kamu kok disini lho ?” tanyaku saat ku bertemu dengannya sedang nongkrong bersama teman-temannya di pos. “Mas Ian, kamu kok disini lho ?” Ejeknya padaku sambil menutup kedua hidungnya. Aku pun cemberut hingga membuatnya tertawa. “Ha…ha…ha… gitu aja ngambek. Abis suaramu tuh lucu dek. Kayak orang pilek tau gak. Ha…ha…ha… tapi tetep bagus kok dek”. Guraunya sambil mengacak - ngacak rambutku. Candaan-candaannya seperti itu selalu memberi warna dalam hidupku.

Sore itu aku dan mbak vita pergi ke rumah mbak betty, teman kami sejak kecil yang sudah ku anggap sebagai kakakku sendiri. Didepan rumahnya tampak seorang cowok yang sedang bertamu.
“Mbak vit, kayaknya mbak betty lagi ada tamu. Eh, bentar dech, itu bukannya Mas Ian ya ? Ngapaen ya dia kesini ?” tanyaku
“Iya, itu kan emang Mas Ian. Denger-denger sih mas Ian lagi PDKT gitu ma mbak betty”.
Seketika itu juga serasa ada jarum menusuk jantungku. Air mataku tak tertahankan lagi. “Lho, kenapa Nis ?” Tanya mbek vita sesaat kemudian. “Nggak papa kok mbak, aku cuman kelilipan aja. Oh iya, aku inget kalo aku tadi disuruh ma ibuku. Aku nggak jadi ke rumah mbak betty ya mbak soalnya aku harus buru-buru pulang. Daaah mbak Vita” tuturku sambil kupaksakan diri untuk tersenyum. Kini kurasakan goresan-goresan luka memenuhi tiap hembus nafasku. Pondasi-pondasi cinta yang dulu pernah ku bangun kini hancur tak berbekas. “Braaakkk…!!!” ku banting pintu dengan kesalku. Ku hempaskan tubuhku diatas tempat tidur. Ku biarkan diriku hanyut dalam kekelaman jiwa. “kenapa sih semuanya jadi kayak gini ? Kenapa juga dia mesti milih mbak betty? sakit tau gak..!!! sakiiiiiiit banget rasanya”. Air mataku terus mengalir hingga tak kusadari aku pun terlelap dalam kesedihanku.

“Cinta tak harus memiliki……”. Kalimat dalam lagu itu membuyarkan kesedihanku. Cinta tak harus memiliki, kalimat itu memang cocok untukku saat ini. “Harusnya aku bahagia kalo mereka bahagia. Mereka kan orang-orang yang aku sayang. Nggak seharusnya aku ngerusak kebahagiaan mereka. Walaupun mas ian lebih milih mbak betty tapi cintaku tetep buat kamu mas”. Ucapku dalam hati.

***
Beberapa bulan kemudian terdengar kabar olehku bahwa mbak betty akan memutuskan hubungan dengan Mas Ian. Aku tak tahu haruskah aku bahagia atau turut merasakan duka yang dialami Mas Ian ? Sepulang mengaji ku tanyakan semuanya pada mbak betty.
“Mbak, emang bener ya mbak mau mutusin mas ian ? Bukannya kalian sama-sama suka ?” tanyaku.
“Ya sih, tapi kamu tahu sendiri kan kalo orang tuaku gak setuju sama hubunganku itu. Jujur aja, aku udah gak sanggup ngejalanin backstreet ini”
“tapi kan kasihan mas ian sih mbak ? Dia udah bener-bener sayang sama mbak” tambahku
“ya mau gimana lagi, mungkin ini mang udah seharusnya kayak geto”

***
Sudah beberapa hari ini mas ian tidak memberi kabar padaku padahal biasanya dia selalu sms walau kata-katanya tidak penting seperti Dedek Elek... Weeeek. Entah mengapa aku menjadi khawatir, ku hubungi hand phonenya tapi tak ada respon darinya. Lalu ku tanyakan lagi semuanya pada mbak betty.
“mbak, kamu udah mutuin mas ian ta ?”
“udah...” jawabnya
jawaban itu membuatku semakin khawatir. Aku tahu yang mas ian butuhkan saat ini adalah waktu. Waktu untuk dapat menerima semua kenyataan ini. Tapi, aku takut kalau dia nekat ataupun putus asa. Aku terlalu menyayanginya, tak sanggup aku menyaksikan kesedihannya.
Namun beberapa hari setelah peristiwa itu, mas ian memberi kabar padaku. Lega rasa hati ini. Semenjak saat itu, aku berusaha untuk mengembalikan goresan senyum yang dulu selalu menghiasinya. Ku coba tuk selalu ada saat dia butuhkan. Dan akhirnya hubunganku dan pangeran hatiku semakin dekat.

***
Bel sekolah berdering, kepanatan pun telah berakhir. Ku tarik nafas lega dan segera ku ayunkan langkah kaki mungilku menuju gerbang sekolah. Tampak olehku sang pujaan hati. Ya, mas ian telah menungguku di bawah pohon yang rindang.
“Udah lama mas ?” tanyaku sambil terengah-engah
“Nggak kok, tarik nafas dulu sana. Lagian kamu tu kayak abis dikejar kingkong tau gak sih. Oh iya, kita langsung pulang ?” tanyanya sambil mengurai tawanya yang khas
“Terserah mas aja, tapi yang jelas sekarang aku lagi males pulang” rengekku laksana anak kecil yang sedang minta boneka pada ayahnya.
Semilir angin pun menuntun kami ke suatu tempat. Tempat dimana hanya ada kami berdua saja. Tiba-tiba dia menghentikan motornya diantara tegapnya pepohonan. Dan segera membuka pembicaraan diantara kami.
“Nis... aku mau jujur sama kamu. Dimata aku, kamu tuh beda sama cewek-cewek yang lain. Cuman kamu yang bisa sabar ngadepin sifat-sifatku yang egois ini. Sebenernya aku mau bilang kalo..... kalo....” dia menarik nafas panjang.
“Kalo apa sih mas ?” tanyaku
“Kalo...Kalo...Aku... Kalo aku.... Sebenernya.... hmm... Kalo aku sebenernya suka sama kamu?”
“Cuman suka ?” tanyaku tuk menutupi rasa maluku
“Bukan gitu, aku... aku suka sama kamu, aku... aku sayang sama kamu... aku juga cinta sama kamu.... aku pengen kamu jadi cewek aku”. Ucapannya itu membuatku terpaku. Tak dapat ku ucapkan sepatah kata pun tuk berkata bahwa sebenarnya aku sangat mencintainya. Jantungku berdetak kencang, lidahku tak dapat ku gerakkan namun senyumku merekah bagai bunga matahari menyambut sang mentari.
“Aku nggak mau kamu buru-buru jawab. Aku mau kamu pikirkan dulu apapun jawabanmu nanti. Aku pengen jawabanmu itu berdasarkan hati dan perasaan kamu” tambahnya. Aku hanya bisa terdiam membisu.

Sudah seharian ini aku memikirkannya, akhirnya ku putuskan untuk menjawabnya melalui sms. Aku juga cinta ma kamu, dan aku harap kamu bisa jadi kekasih hatiku. Kalimat itu pun telah membuktikan padakau bahwa perjalanan cintaku seperti pelangi. Hujan lebat selalu menerjang terlebih dahulu sebelum sang pelangi muncul. Begitu pula kisahku, ku harus melewati berbagai rintangan sebelum aku mendapatkan pelangi hatiku, mas ian.

0 komentar: