THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Senin, 24 Maret 2008

Puisi-puisi Sederhana

WANITA BIASA
Aku bukan dewi
Ataupun seorang peri
Ku hanya manusia
Wanita biasa…
Mungkin ku tak setegar mentari pagi
Mungkin ku tak sekokoh pohon jati
Tapi satu harapku
Satu mimpiku
Ku ingin menjadi pelangi
Berikan warna dalam hidupmu

CINTA
Cinta...
Engkau laksana angin
Berhembus membelai rambutku
Engkau hadirkan suka
Saat ku berada dilembah duka
Cinta…
Senyumku terpaut untukmu
Dan hatiku…
Selalu ada untukmu

LUKA YANG TERPENDAM
Layar biru gelap
Begitu pekat
Bayangnya tersirat
Di hati yang penat
Dia yang ku puja
Tinggalkan segenggam kecewa
Inikah cinta ?
Yang tak bisa ku rangkai
dalam kata
Ku lepas langkah bersama pedihku
Berharap semua kan berlalu
Hingga tak lagi ku rasa
Pedihnya jiwa
Namun ku tahu…
Separuh jiwaku
Secercah harapku
Hanya tuk cintaku

LANTUNAN CINTA
Semilir angin…
Berhembus dingin
Sepi…
Sunyi…
Tak terhindarkan diri
Semua…
Tlah nyata
Tak sekedar khayal belaka
Lantunan cinta
Telah tertebar
Kian terasa indah dunia
Satu harapku
Satu pintaku
Ingin ku ucap kataku
Kau…
Laksana bintangku
Kau…
Mentari hatiku
Deritamu…
Adalah deritaku
Bahagiamu…
Adalah bahagiaku
Karna cintaku…
Hanyalah untukmu

KESEJUKAN HATI
Dimalam ini …..
Kusendiri dalam ruang rindu
Rindu yang kian mengiris kalbu
Yang tiada daya untuk menggapaimu
Indah bayangmu
Tak kan pernah ku lupa
Untaian kata yang ku ucap
Tak kan cukup hadirkan embun
Tetes air mata ku
Yang ku curahkan untukmu
Adalah mutiara hati yang tependam
Cinta yang kau beri
Adalah anugrah terindah yang kumiliki
Sinar matamu
Hadirkan kesejukan dalam hati
Tuhan…
Terima kasih engkau telah hadirkan cinta dalam hidupku

PUISI SEDERHANA
Tiap kenangan yang kita lalui
Tak kan hilang dari memori
Engkaulah pelangi dalam hati
Yang tak terganti
Kasih…
Tiada daya tuk berikan
Hanyalah puisi sederhana
Yang dapat ku persembahkan
Tuk kasih dambaan hati

KASIH…
Kasih…
Ingatkah engkau saat kita bersama?
Ingatkah engkau saat kita bercanda?
Saat kita mengurai gelak tawa
Kasih…
Kau semaikan bunga dalam suka
Kau berikan cahaya dalam duka
Kasih…
Seiring waktu berlalu
Seiring tumbuhnya cintaku
Ku ingin kau tahu
Engkaulah belahan jiwaku

MERPATI KECIL
Aku membuka mataku. Menatap indahnya mentari pagi. Namun, kehangatan itu menghilang dalam sekejap. Awan hitam menutupi sang surya. Hadirkan gelap yang tak kunjung usai. Harus kemanakah aku berteduh ? Terpaan badai tak hiraukan aku yang tak berdaya. Aku terhempas jauh. Terlalu jauh hingga ku tak tahu arah. Tapi, aku terus berjalan menembus waktu. Yang mungkin akan ku temukan kembali sang surya. Apakah ini nasib merpati kecil yang sedang sendiri mencari kehangatan ? ya, mungkin ini jalanku. Aku hanya seekor merpati putih kecil yang tak berdaya melawan waktu. Semua yang aku miliki telah terbang tinggi terhempas badai. Kini aku hanya sendiri. Perlahan demi perlahan aku pun mulai rapuh. Telah ku coba tuk terus terbang tinggi. Namun, aku sudah tak kuasa lagi. Sayapku mulai tak bisa kugerakkan. Aku terjatuh ke dalam lembah tebing yang curam. Saat ku menatap keatas, hanya kekosongan yang ku dapat. Kini aku terdiam disana dan hanya merajut harapan yang tak kunjung tiba.
Tuhan berkata lain. Dia berikan sepasang sayap untukku melalui sang elang. Ku kepakkan sayapku perlahan. Sang Elang pun menanti tiada henti. Sedikit demi sedikit tubuhku pun terangkat. Kini ku terbang menyusuri lautan awan bersama malaikat hidupku. Elang, terima kasih. kau tlah kembalikan merpati kecil dalam Istana pelangi ini.

Pelangi Cinta


Malam yang cerah bertabur bintang. Laksana permata dalam samudera mewakili indahnya malam. Namun tugas-tugas sekolah membebaniku hingga tak dapat ku nikmati kemilau istana malam.
“Aduh…!!! Susah banget sih soalnya ? males banget tau nggak ngerjainnya” keluhku pada Astri, teman belajarku sejak SMP yang mungkin selalu menjadi pendengar tiap-tiap keluhku. “Ya udahlah, kalo gitu mending belajarnya dilanjutin besok aja. Lagian ini kan udah malem so I must go home now. Anterin aku pulang dong Nis… aku kan atuuut” rengekan Astri pun mengakhiri belajarku.
Aku dan Astri berjalan menyusuri jalanan yang sepi. Tiba-tiba terdengar suara memanggilku.
“Denis… kamu mau kemana ?” sapa temanku.
“Oh, mbak vita. Aku kira tadi siapa. Aku mau nganterin anak mami ini pulang” ucapku sambil melirik Astri. Astri hanya tersenyum simpul saat mendengar sindiran yang ku ucapkan untuknya. Entah mengapa tatapanku kini tertuju pada seorang cowok disamping mbak vita. Jantungku berdegup kencang. Sekencang pesawat jet yang lepas landas.
“Manis banget, keren… Ya ampun senyumnya… tapi dia siapa ya ? Apa cowoknya mbak vita ?” batinku. “Doooor !!! kamu tuh ngelamunin apa sih ? jadi nggak nganterin aku pulang?”. suara Astri membuyarkan tatapanku pada cowok itu. “Iya iya Tri,bentar napa? Ya udah mbak, aku mau nganter Astri dulu” ucapku sambil meninggalkan mbak vita dan cowok itu.

***
Keesokannya, aku pergi ke rumah mbak vita. Ku ketuk pintu rumahnya dengan lembut. Tak beberapa lama kemudian mbak vita keluar menemuiku.
“Ada apa Nis ? tumben-tumbenan banget sih kamu kesini ?” tanyanya
“Nggak ada apa-apa kok. Nggak boleh ya aku maen kesini ?”
“Bukannya gitu. Kamu tuh negative thinking trus sih. Aku kan cuman kaget aja, anak mami yang jarang banget keluar dari rumah kok sekarang ada disini ?” sindirnya kemudian.
“Aku cuman kebetulan lewat sini jadi sekalian aja aku mampir. Oh iya, pacar mbak baru lagi ya ?” basa-basiku terlebih dahulu.
“ Pacar ? Nggak tuh ? kok kamu bisa nebak kayak gitu sih ?”
“ Lho, yang kemarin itu cowok baru mbak kan ?’
“Oh, yang kemarin itu ta. Kemarin itu kan anak baru. Emang kamu nggak tahu?”
“Oh, jadi dia anak baru. Masak sih mbak ? kok aku bisa nggak tahu ya kalo ada anak baru disini?”
“Itu sih kamunya yang kuper. Namanya tuh Ian. Rumahnya di blok Z situ. Kamu suka sama dia ?”
“Nggak. Aku cuman penasaran aja, apa itu cowok barunya mbak vita” bantahku walaupun sebenarnya iya. Aku sedang falling in love in the first sight. “IAN” nama itulah yang kini mengisi hari-hariku. Entah mengapa disetiap anganku hanya ada bayangnya. Bayangan yang selalu ada di setiap sudut hatiku.

***
Semenjak itu, aku mulai dapat mengenali pangeran hatiku walau hanya sebatas teman biasa. “Mas Ian, kamu kok disini lho ?” tanyaku saat ku bertemu dengannya sedang nongkrong bersama teman-temannya di pos. “Mas Ian, kamu kok disini lho ?” Ejeknya padaku sambil menutup kedua hidungnya. Aku pun cemberut hingga membuatnya tertawa. “Ha…ha…ha… gitu aja ngambek. Abis suaramu tuh lucu dek. Kayak orang pilek tau gak. Ha…ha…ha… tapi tetep bagus kok dek”. Guraunya sambil mengacak - ngacak rambutku. Candaan-candaannya seperti itu selalu memberi warna dalam hidupku.

Sore itu aku dan mbak vita pergi ke rumah mbak betty, teman kami sejak kecil yang sudah ku anggap sebagai kakakku sendiri. Didepan rumahnya tampak seorang cowok yang sedang bertamu.
“Mbak vit, kayaknya mbak betty lagi ada tamu. Eh, bentar dech, itu bukannya Mas Ian ya ? Ngapaen ya dia kesini ?” tanyaku
“Iya, itu kan emang Mas Ian. Denger-denger sih mas Ian lagi PDKT gitu ma mbak betty”.
Seketika itu juga serasa ada jarum menusuk jantungku. Air mataku tak tertahankan lagi. “Lho, kenapa Nis ?” Tanya mbek vita sesaat kemudian. “Nggak papa kok mbak, aku cuman kelilipan aja. Oh iya, aku inget kalo aku tadi disuruh ma ibuku. Aku nggak jadi ke rumah mbak betty ya mbak soalnya aku harus buru-buru pulang. Daaah mbak Vita” tuturku sambil kupaksakan diri untuk tersenyum. Kini kurasakan goresan-goresan luka memenuhi tiap hembus nafasku. Pondasi-pondasi cinta yang dulu pernah ku bangun kini hancur tak berbekas. “Braaakkk…!!!” ku banting pintu dengan kesalku. Ku hempaskan tubuhku diatas tempat tidur. Ku biarkan diriku hanyut dalam kekelaman jiwa. “kenapa sih semuanya jadi kayak gini ? Kenapa juga dia mesti milih mbak betty? sakit tau gak..!!! sakiiiiiiit banget rasanya”. Air mataku terus mengalir hingga tak kusadari aku pun terlelap dalam kesedihanku.

“Cinta tak harus memiliki……”. Kalimat dalam lagu itu membuyarkan kesedihanku. Cinta tak harus memiliki, kalimat itu memang cocok untukku saat ini. “Harusnya aku bahagia kalo mereka bahagia. Mereka kan orang-orang yang aku sayang. Nggak seharusnya aku ngerusak kebahagiaan mereka. Walaupun mas ian lebih milih mbak betty tapi cintaku tetep buat kamu mas”. Ucapku dalam hati.

***
Beberapa bulan kemudian terdengar kabar olehku bahwa mbak betty akan memutuskan hubungan dengan Mas Ian. Aku tak tahu haruskah aku bahagia atau turut merasakan duka yang dialami Mas Ian ? Sepulang mengaji ku tanyakan semuanya pada mbak betty.
“Mbak, emang bener ya mbak mau mutusin mas ian ? Bukannya kalian sama-sama suka ?” tanyaku.
“Ya sih, tapi kamu tahu sendiri kan kalo orang tuaku gak setuju sama hubunganku itu. Jujur aja, aku udah gak sanggup ngejalanin backstreet ini”
“tapi kan kasihan mas ian sih mbak ? Dia udah bener-bener sayang sama mbak” tambahku
“ya mau gimana lagi, mungkin ini mang udah seharusnya kayak geto”

***
Sudah beberapa hari ini mas ian tidak memberi kabar padaku padahal biasanya dia selalu sms walau kata-katanya tidak penting seperti Dedek Elek... Weeeek. Entah mengapa aku menjadi khawatir, ku hubungi hand phonenya tapi tak ada respon darinya. Lalu ku tanyakan lagi semuanya pada mbak betty.
“mbak, kamu udah mutuin mas ian ta ?”
“udah...” jawabnya
jawaban itu membuatku semakin khawatir. Aku tahu yang mas ian butuhkan saat ini adalah waktu. Waktu untuk dapat menerima semua kenyataan ini. Tapi, aku takut kalau dia nekat ataupun putus asa. Aku terlalu menyayanginya, tak sanggup aku menyaksikan kesedihannya.
Namun beberapa hari setelah peristiwa itu, mas ian memberi kabar padaku. Lega rasa hati ini. Semenjak saat itu, aku berusaha untuk mengembalikan goresan senyum yang dulu selalu menghiasinya. Ku coba tuk selalu ada saat dia butuhkan. Dan akhirnya hubunganku dan pangeran hatiku semakin dekat.

***
Bel sekolah berdering, kepanatan pun telah berakhir. Ku tarik nafas lega dan segera ku ayunkan langkah kaki mungilku menuju gerbang sekolah. Tampak olehku sang pujaan hati. Ya, mas ian telah menungguku di bawah pohon yang rindang.
“Udah lama mas ?” tanyaku sambil terengah-engah
“Nggak kok, tarik nafas dulu sana. Lagian kamu tu kayak abis dikejar kingkong tau gak sih. Oh iya, kita langsung pulang ?” tanyanya sambil mengurai tawanya yang khas
“Terserah mas aja, tapi yang jelas sekarang aku lagi males pulang” rengekku laksana anak kecil yang sedang minta boneka pada ayahnya.
Semilir angin pun menuntun kami ke suatu tempat. Tempat dimana hanya ada kami berdua saja. Tiba-tiba dia menghentikan motornya diantara tegapnya pepohonan. Dan segera membuka pembicaraan diantara kami.
“Nis... aku mau jujur sama kamu. Dimata aku, kamu tuh beda sama cewek-cewek yang lain. Cuman kamu yang bisa sabar ngadepin sifat-sifatku yang egois ini. Sebenernya aku mau bilang kalo..... kalo....” dia menarik nafas panjang.
“Kalo apa sih mas ?” tanyaku
“Kalo...Kalo...Aku... Kalo aku.... Sebenernya.... hmm... Kalo aku sebenernya suka sama kamu?”
“Cuman suka ?” tanyaku tuk menutupi rasa maluku
“Bukan gitu, aku... aku suka sama kamu, aku... aku sayang sama kamu... aku juga cinta sama kamu.... aku pengen kamu jadi cewek aku”. Ucapannya itu membuatku terpaku. Tak dapat ku ucapkan sepatah kata pun tuk berkata bahwa sebenarnya aku sangat mencintainya. Jantungku berdetak kencang, lidahku tak dapat ku gerakkan namun senyumku merekah bagai bunga matahari menyambut sang mentari.
“Aku nggak mau kamu buru-buru jawab. Aku mau kamu pikirkan dulu apapun jawabanmu nanti. Aku pengen jawabanmu itu berdasarkan hati dan perasaan kamu” tambahnya. Aku hanya bisa terdiam membisu.

Sudah seharian ini aku memikirkannya, akhirnya ku putuskan untuk menjawabnya melalui sms. Aku juga cinta ma kamu, dan aku harap kamu bisa jadi kekasih hatiku. Kalimat itu pun telah membuktikan padakau bahwa perjalanan cintaku seperti pelangi. Hujan lebat selalu menerjang terlebih dahulu sebelum sang pelangi muncul. Begitu pula kisahku, ku harus melewati berbagai rintangan sebelum aku mendapatkan pelangi hatiku, mas ian.

Kekerasan Dalam IPDN

Realita :

IPDN yang sebelumnya bernama STPDN memiliki cara keras dalam membina praja baru terutama para senior (Prataka Nindya) yang selama ini telah diketahui banyak menganiaya praja baru.

Tahun 2003 lalu, salah satu siswa STPDN bernama Wahyu Hidayat menjadi korban penganiayaan para senior. Mulanya mereka ( siswa dan staf pengajar STPDN ) mengemukakan bahwa korban meninggal dikarenakan sakit . Tetapi setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, terbukti ada bekas-bekas kekerasan dan penganiayaan . Semenjak itulah STPDN diubah menjadi IPDN. STPDN pun berjanji bahwa tidak akan ada kekerasan lagi dalam pembinaan praja baru.

Setelah tiga tahun berlalu, kini IPDN menelan korban kembali. Korban kali ini bernama Cliff Muntu. Mengetahui hal tersebut, I Nyoman Sumardi menjelaskan bahwa korban meninggal dikarenakan penyakit liver. Namun tak diduga, Inu Kencana Syafii yang merupakan salah satu staf pengajar di IPDN mengusulkan agar dilakukan penyelidikan lebih lanjut. Setelah dilakukan otopsi ternyata pada tubuh korban ditemukan bekas suntikan formalin yang diduga kuat digunakan untuk menyamarkan memar pada tubuh korban.

Persengkongkolan yang dilakukan oleh pihak IPDN dalam menutupi kekerasan yang terjadi lambat laun kian tampak. Tim penyelidik dalam negeri melakukan pemeriksaan terhadap siswa dan staf pengajar IPDN. Namun hasilnya nihil. Andi Asikin yang merupakan staf pengajar IPDN tidak dapat memberikan informasi dikarenakan adanya perintah tutup mulut untuknya. Begitu pula dengan Inu Kencana yang tidak dapat memberikan lebih lanjut dengan alasan lupa. Hal yang sama juga dilakukan beberapa siswa. Peristiwa ini semakin membuktikan bahwa ada persengkongkolan dalam menutupi kekerasan di IPDN.

Pelaku-pelaku penganiayaan kepada Wahyu Hidayat pada tahun 2003 lalu seharusnya mendapat hukuman namun ternyata 8 pelaku tidak menjalani hukuman melainkan mereka malah bekerja di instansi pemerintah. Diki Susandi salah satu pelaku kini bekerjadi Pegawaian Purwakarta.

Kritik :

Menurut saya tak wajar apabila menjadi tempat kekerasan. IPDN seharusnya dapat mendidik praja-praja baru dengan baik tanpa menggunakan kekerasan sedikit pun Apabila IPDN tidak sanggup mengubah cara pendidikannya maka sebaiknya IPDN di tutup saja sebelum timbul korban-korban selanjutnya.

Menurut saya pemerintah Indonesia ini kurang begitu tegas karena mereka mempekerjakan pelaku-pelaku kekerasan di instansi pemerintah padahal pelaku-pelaku kekerasan tersebut belum menjalani hukuman yang seharusnya didapatnya.

Asal Mula Boneka


Pada zaman dahulu, terdapatlah negeri sihir di atas awan yang kehidupannya sangat damai dan makmur. Negeri itu bernama Negeri Awan Putih. Negeri awan putih itu dipimpin oleh seorang raja yang yang arif dan bijaksana dan dihuni oleh berbagai makhluk yang elok dan lucu-lucu. Raja awan putih dikaruniai seorang putri yang cantik jelita bernama Barbie.
“Ayah, negeri kita begitu indah dan megah. Tak dapatkah kita mengajak semua manusia di bumi untuk tinggal disini agar mereka dapat turut serta menikmati indahnya istana kita?” tanya Putri Barbie.
“Tidak bisa anakku. Istana ini adalah istana sihir yang tak dapat dimasuki oleh manusia biasa. Bukankah kita telah menyebarkan benih-benih cinta di bumi ? lantas mengapa engkau berkata demikian putriku ?”
“Tapi Ayah, masih banyak manusia yang menderita di muka bumi itu. Aku tak tega melihatnya”
“Putriku, setidaknya kita telah memberikan benih-benih cinta untuk mereka. Itu semua sudah lebih dari cukup sekarang tersenyumlah agar bunga-bunga yang ada di taman kita ini tetap mekar menghiasi kebahagiaan istana kita”.


Namun di lain tempat, seorang penyihir jahat tengah menyusun rencana guna menghancurkan Istana Awan Putih. Penyihir itu ingin menghancurkan semua cinta yang ada di muka bumi dan dia juga berambisi untuk menguasai seluruh bumi ini. “Aku harus menghancurkan Istana Awan Putih itu. Aku akan membuat semuanya menjadi benda mati ha….ha….ha…” tawa si penyihir jahat. Dia membuat ramuan yang dapat digunakannya untuk menyerang Istana tersebut. Perlahan demi perlahan penyihir itu berhasil membuat ramuan yang dapat menambah kesaktiannya. Kini hanya dengan mengacungkan tongkatnya dia dapat mengubah benda hidup menjadi benda mati.

Keesokan harinya, penyihir jahat segera menaiki sapu sihirnya dan kemudian terbang menuju Negeri Awan Putih. Dia memasuki Negeri itu secara sembunyi-sembunyi. Lalu dengan seketika dia mengubah semua penduduk Negeri menjadi benda mati. “Ha…ha…ha… Aku telah berhasil mengubah penduduk negeri ini menjadi benda mati. Sekarang aku harus menyihir para penghuni istana negeri ini.” Dia memasuki taman dengan mengendap-endap. Terlihat olehnya Putri Barbie sedang asyik merangkai bunga di Taman. Penyihir itu pun keluar dari tempat persembunyiannya sebelumnya.
“Hah!!! Siapa kamu ! Beraninya kamu masuk Istana ini tanpa ijin !” teriak sang Putri
“Kamu tidak perlu tahu siapa saya. Yang perlu kamu tahu adalah sebentar lagi istana beserta negeri ini akan segera hancur dan tidak akan ada lagi cinta di muka bumi. Ha….ha…ha…. Abra Kadabra !!!” Ucap si penyihir sambil mengacungkan tongkatnya pada Putri Barbie. Putri Barbie pun tak berdaya. Kini dia hanyalah sebuah benda mati yang elok. Mendengar keributan yang ada di taman itu, Raja dan Permaisuri segera keluar untuk memeriksanya. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat putrid tercintanya berubah menjadi benda mati.
“Dasar Penyihir jahat !!!” teriak sang Raja. Namun si penyihir segera menyihir Raja dan Permaisuri sehingga kini penghuni istana yang ada di dekatnya telah menjadi benda mati. Ketika si penyihir jahat itusedang mengucapkan mantranya agar seluruh isi istana menjadi benda mati lantai Istana bergetar hebat. Negeri beserta istana itu hancur dan seluruh isinya berjatuhan ke bumi. Begitu pula si penyihir yang sebelumnya sedang menyihir ikut terjatuh. Dia jatuh tak terkendali dan terhempas di dalam tebing yang curam. Si penyihir pun mati seketika.


Benda-benda mati yang berasal dari negeri Awan Putih itu pun jatuh berserakan di permukaan bumi. Orang-orang yang menemukannya pun langsung menyukainya karena bentuk-bentuknya yang elok dan menarik. Sejak saat itulah manusia menamakannya boneka yang berasal dari kata Bila bObok eNaknya Engkau peluK Aku. Kalimat ini diambil ketika seorang anak kecil berkata pada Ibunya saat akan tidur. “Bu, kalau benda ini dapat bicara pasti dia bilang bila bobok enaknya engkau peluk aku soalnya benda ini memang lucu dan menggemaskan bu”.


*** TAMAT ***